Sosialisasi Materi AAP – Paroki St. Vincentius a Paulo, Gunung Putri

Menggandeng Orang Lanjut Usia dalam Reksa Pastoral Gereja.

Pada tanggal 16 November, para animator lingkungan berkumpul untuk mengikuti sosialisasi materi Aksi Adven Pembangunan (AAP) tahun 2025. Setiap lingkungan mengutus dua orang animator, dan turut hadir pula beberapa perwakilan Orang Muda Katolik (OMK). Hadirnya kaum muda memberi pesan indah bahwa perhatian kepada Orang Lanjut Usia bukan hanya milik generasi tua, tetapi menjadi tanggung jawab kasih yang dipikul bersama, lintas usia dan lintas generasi.

Tahun ini, Keuskupan Sufragan Bogor secara khusus mengarahkan perhatian pastoral kepada para lansia. Melalui AAP, Gereja menegaskan kembali bahwa Orang Lanjut Usia memiliki peran, martabat, dan tempat istimewa dalam hidup menggereja. Mereka bukan beban, melainkan pribadi berharga yang perjalanan hidupnya telah memberi warna bagi keluarga dan komunitas.

Materi sosialisasi diberikan oleh Tim PSE Paroki, yang sebelumnya telah mendapatkan pendalaman pada tingkat Dekenat Timur. Dengan demikian, materi yang dibagikan kepada para animator lingkungan dan OMK menjadi semakin utuh, terarah, dan selaras dengan garis besar yang ditekankan oleh keuskupan. Sosialisasi ini bertujuan agar para peserta dapat memahami jiwa AAP 2025, meneruskannya ke lingkungan masing-masing, dan membantu keluarga serta umat untuk semakin peka dan memberdayakan para lanjut usia dalam kehidupan sehari-hari maupun kegiatan Gereja.

Materi AAP 2025 disusun dalam tiga pertemuan. Setiap pertemuan berakar pada Kitab Suci dan disertai refleksi pastoral yang dekat dengan realitas kehidupan para lansia.

Pertemuan pertama mengangkat tema problematika Orang Lanjut Usia, dengan dasar Kitab Kejadian 27:1–25 yang menceritakan kisah Yakub yang menyamar sebagai Esau untuk mendapatkan berkat dari Ishak. Dalam kisah ini, umat diajak merenungkan sosok Ishak yang sudah tua dan mulai mengalami berbagai keterbatasan fisik. Penglihatannya kabur, pendengarannya melemah, dan ia mudah tertipu oleh Yakub karena kondisi tubuhnya yang menua. Gambaran ini mengajak kita melihat secara jujur berbagai pergumulan yang dialami para lansia dewasa ini: pendengaran yang berkurang, penglihatan yang menurun, tubuh yang tidak lagi sekuat dulu, pikun atau sering lupa, kesulitan tidur, hingga rasa kesepian dan perasaan tidak berguna. Kerapuhan-kerapuhan ini sering membuat para lansia rentan disalahmengerti, dilupakan, bahkan dimanfaatkan. Karena itu, umat diajak untuk lebih sabar dalam berkomunikasi, menghindari sikap meremehkan, serta menyadari bahwa di balik tubuh yang melemah terdapat sejarah panjang hidup, pengorbanan, dan kasih yang pernah mereka berikan. Gereja dan komunitas lingkungan diharapkan menjadi ruang aman di mana para lansia dihargai dan dilindungi.

Pertemuan kedua mengangkat tema Hidup yang Bermakna di Usia Lanjut dengan dasar Injil Lukas 1:5–25 tentang Zakharia yang menerima kunjungan malaikat ketika sedang menjalankan tugasnya sebagai imam. Di usia yang tidak lagi muda, Zakharia dan Elisabet menerima kabar gembira bahwa Tuhan belum selesai berkarya dalam hidup mereka. Kisah ini menegaskan bahwa usia lanjut bukanlah akhir dari peran dan panggilan seseorang. Para lansia tetap memiliki kesempatan untuk berkarya, berdoa, dan menjadi sumber kebaikan bagi Gereja dan keluarga. Dalam konteks pastoral, paroki diajak untuk memberi ruang bagi keterlibatan para lansia, misalnya melalui doa lingkungan, kegiatan rohani, paduan suara lansia, atau kunjungan pendampingan. Kehadiran dan doa mereka merupakan kekuatan yang memperkaya kehidupan menggereja.

Pertemuan ketiga menggunakan kisah Rut dan Naomi dalam Rut 1:1–22 sebagai dasar refleksi. Fokusnya terletak pada kesetiaan Rut kepada Naomi yang sudah lanjut usia dan mengalami kehilangan yang mendalam. Rut memilih untuk tetap tinggal dan menyertai mertuanya, sebuah tindakan yang memulihkan harapan dan martabat Naomi. Melalui kisah ini, Gereja diajak untuk menghadirkan reksa pastoral yang sungguh menyertakan para lansia: hadir dalam kehidupan mereka, menemani mereka dalam kesendirian, dan mengajak keluarga untuk meneladani kesetiaan Rut dalam merawat orang tua di masa tuanya. Lingkungan pun diminta untuk menjadi keluarga yang diperluas bagi para lansia yang hidup sendirian atau tidak lagi memiliki sanak saudara.

AAP tahun ini menjadi ajakan bagi seluruh umat untuk bertobat dari sikap acuh tak acuh terhadap para lansia. Di tengah dunia yang sering mengagungkan yang muda, kuat, dan produktif, Gereja dipanggil untuk menjadi tanda kasih Allah yang tidak melupakan mereka yang rapuh, pelan, dan mudah terlupakan. Melalui keterlibatan para animator lingkungan, dukungan OMK, dan pendampingan Tim PSE, Paroki St. Vincentius a Paulo diharapkan sungguh menjadi rumah yang ramah bagi Orang Lanjut Usia: tempat di mana mereka dikenal namanya, didengar ceritanya, dirangkul kelemahannya, dan dirayakan keberadaannya.

(Artikel by Rismawati Nainggolan dan foto by Marcel KOMSOS Vincentius)

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *