Pernahkah kita benar-benar merenungkan apa yang sebenarnya kita terima setiap kali melangkah maju untuk menyambut Komuni Kudus? Apakah itu hanya sekadar bagian dari rutinitas misa mingguan, atau sebuah perjumpaan yang hidup dengan Kristus sendiri? Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus atau Corpus Christiadalah undangan bagi kita semua untuk kembali menyadari makna terdalam dari Ekaristi. Bahwa dalam rupa roti dan anggur, Yesus sungguh hadir bukan sebagai lambang semata, melainkan sebagai Tubuh dan Darah-Nya yang nyata yang diberikan untuk hidup kita.
Yesus sendiri bersabda, “Akulah roti hidup. Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi.” Kata-kata ini bukan hanya ungkapan puitis, melainkan janji. Dalam setiap Komuni Kudus, kita menerima Kristus yang sama-yang wafat dan bangkit untuk kita. Ia masuk ke dalam hidup kita, diam dalam hati kita, dan menjadi kekuatan bagi kita menjalani hari-hari penuh tantangan.


Tahun ini, Minggu 25 Juni 2025, sukacita Corpus Christiterasa lebih penuh dengan kehadiran 22 anak yang untuk pertama kalinya menerima Komuni Kudus. Mereka melangkah dengan jubah putih dan hati yang bersih, menyambut Kristus untuk pertama kalinya dalam hidup mereka. Ini bukan hanya momen seremonial-ini adalah awal dari perjumpaan pribadi mereka dengan Sang Roti Hidup. Melalui tangan-tangan kecil mereka yang terbuka, kita diingatkan akan kesederhanaan iman dan ketulusan hati yang dibutuhkan untuk menyambut Tuhan.
Namun, mari kita jujur sejenak. Apakah setiap kali kita menyambut Ekaristi, hati kita sungguh hadir? Ataukah tubuh kita yang berjalan ke depan, sementara pikiran dan jiwa kita masih tertinggal di tempat duduk? Hari Raya ini mengajak kita untuk tidak menjadikan komuni sebagai kebiasaan kosong, tapi sebagai momen perjumpaan yang menghidupkan. Sebuah saat kudus di mana kita benar-benar menyambut Tuhan-bukan hanya di tangan dan mulut, tapi juga di hati.


Ekaristi bukan sekadar santapan rohani, tetapi juga api misi yang menggerakkan. Saat kita menerima Kristus, kita dipanggil untuk pergi dan menjadi saksi kasih-Nya menjadi roti bagi sesama, membawa penghiburan, harapan, dan kepedulian di tengah dunia yang haus akan cinta sejati. Siapa pun kita, dengan segala kelemahan dan kekurangan, tetap diundang datang dan menyambut-Nya. Sebab Ekaristi adalah kekuatan yang menguatkan, bukan hadiah bagi yang sempurna.
Hari ini, marilah kita belajar dari 22 anak yang berani berkata “ya” pada Kristus untuk pertama kalinya. Semoga kita pun tak kehilangan semangat awal yang murni, dan selalu menyambut ekaristi dengan hati yang penuh syukur dan cinta. Ingat, saat kita menerima-Nya, kita tidak sendiri. Ada Kristus dalam diri kita dan ada panggilan untuk menjadi terang bagi sesama. Selamat merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus!
(Artikel dan foto by Komsos Vincentius – Diva, Andre, dan Tian)