Sembilan Tahun Dalam Panggilan: Sebuah Perjalanan Iman 4 Imam Tuhan

Pada Sabtu (31/5) Misa syukur yang berlangsung di Paroki St. Faustina Kowalska, Bojong Gede, umat beriman berkumpul dalam suasana penuh syukur dan haru untuk merayakan ulang tahun Imamat ke-9 dari empat imam Katolik.

Pelayanan yang Menghidupkan –Imamat bukan sekadar jabatan atau tugas liturgis. Imamat adalah hidup yang dipecah-pecahkan dan dibagikan seperti roti di altar. Dalam sembilan tahun ini, RD. Yulius Eko Priyambodo, RD. Alfonsus Sombolinggi, RD. Heribertus Susanto Wibowo, dan RD. Bartolomeus Wahyu Kurniadi telah menjadi roti itu: mereka membiarkan diri mereka dipecah dalam pelayanan, agar umat dapat merasakan kehadiran Kristus yang hidup.

Di balik senyum mereka, tersimpan kisah perjuangan, pengorbanan, dan pengabdian serta kisah panggilan yang terus tumbuh dan mendewasa dalam rahmat Tuhan.

Dipanggil, Diutus, dan Diperbarui –Sembilan tahun bukanlah waktu yang sebentar. Bagi banyak orang, itu bisa berarti karier, perubahan hidup, bahkan perjalanan menemukan jati diri. Namun bagi para imam ini, sembilan tahun adalah waktu di mana mereka semakin ditantang untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Allah dan umat-Nya.

Melayani di Tengah Realitas –Perjalanan mereka bukan tanpa rintangan. Dalam sembilan tahun ini, mereka melewati berbagai tugas pastoral menjadi pembimbing rohani di paroki kecil dan besar, menjadi saksi dalam derita umat yang berduka, menyambut sukacita kelahiran dan pernikahan, bahkan menghadapi tantangan zaman: sekularisme, perpecahan, dan krisis iman.

Namun di balik semua itu, mereka tetap memilih untuk tinggal. Seperti Kristus yang setia pada para murid-Nya sampai akhir, keempat imam ini tetap hadir di tengah umat—tidak sempurna, namun sungguh setia.

Kebersamaan dalam Panggilan –Yang istimewa dalam perayaan ini adalah bahwa mereka merayakan bersama. Empat sahabat seperjalanan yang ditahbiskan di altar yang sama, kini kembali berkumpul sembilan tahun kemudian bukan hanya sebagai rekan seimamat, tetapi sebagai saudara dalam Kristus.

Kebersamaan mereka adalah pengingat bahwa panggilan tidak pernah dijalani sendirian. Dalam suka dan duka, dalam keberhasilan dan keterbatasan, ada tangan-tangan lain yang menopang, mendoakan, dan berjalan bersama. Persaudaraan dalam imamat menjadi kekuatan yang nyata untuk tetap berdiri dalam pelayanan.

Doa Umat dan Harapan Gereja –Perayaan ini menjadi momen reflektif bagi umat. Peringatan 9 tahun ini bukan sekadar perayaan pribadi, melainkan syukur seluruh Gereja atas karunia imamat. Di tengah krisis panggilan yang melanda, keempat pastor boleh menjadi terang dan pengingat bahwa panggilan Allah tetap hidup, dan bahwa kesetiaan itu mungkin.

Kita bersyukur karena Allah telah memilih dan menguatkan mereka hingga saat ini. Semoga tahun-tahun ke depan menjadi masa panen rohani yang lebih berlimpah. Dan semoga hidup para imam terus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk tidak takut menjawab panggilan suci menjadi imam, religius, atau awam yang beriman tangguh.

Umat pun diajak untuk terus mendukung para imam, bukan hanya dengan doa, tetapi juga dengan kasih, pengertian, dan kerja sama yang nyata.

Semoga perayaan ini tidak hanya menjadi nostalgia, tetapi juga menjadi perbaruan misi bagi para imam dan semangat baru bagi umat untuk mencintai panggilan hidup mereka masing-masing.

Selamat ulang tahun Imamat ke-9. Terima kasih telah berkata ‘ya’ kepada Tuhan sembilan tahun yang lalu, dan terima kasih karena terus berkata ‘ya’ setiap harinya.

Kiranya Roh Kudus terus membimbing para imam sekalian, dan semoga teladan hidup kalian menyalakan api panggilan baru di hati banyak orang.

(Artikel by Jein Komsos Vincentius; Dokumentasi by Komsos Paroki St. Faustina Kowalska-Bojong Gede)

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *