Rabu Abu sebagai Tanda Pertobatan

Rabu Abu, yang dikenal juga sebagai Ash Wednesday, menandai dimulainya masa Prapaskah dalam kalender liturgi Kristiani. Pada hari ini, Rabu 5 Maret 2025, umat Katolik menerima tanda salib dari abu yang diberkati di dahi mereka sebagai simbol dimulainya masa Prapaskah, sebagai tanda pertobatan, serta pengingat kefanaan bahwa manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Momen ini mengingatkan kita untuk menjalani hidup dengan sikap kerendahan hati dan memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan.

Rabu Abu juga mengajak umat untuk menjalani masa Prapaskah dengan disiplin rohani, seperti berpuasa atau menghindari kebiasaan tertentu untuk memperbaiki diri. Meskipun lebih identik dengan Gereja Katolik, tradisi ini juga dirayakan oleh banyak ajaran Kristen lainnya, meskipun dengan perbedaan dalam pelaksanaannya. Umat diharapkan untuk menjadikan Rabu Abu sebagai kesempatan penting untuk melakukan refleksi diri, hidup lebih sederhana, dan bertobat dari kebiasaan buruk.

Dalam homili, RD. Yulius Eko Priyambodo mengatakan bahwa abu yang ada di kening kita melambangkan cerminan diri, di mana seringkali kita melihat debu atau kotoran orang lain, namun sulit untuk melihat debu di diri sendiri, padahal kita juga memiliki debu yang sama. Selain itu, beliau juga mengingatkan puasa dan pantang bagi umat Katolik yang berusia berumur 16 tahun ke atas, di mana mereka diperbolehkan untuk makan kembali pada esok hari atau pada waktu yang disesuaikan dengan niat dan tujuan pribadi masing-masing.

Rabu Abu mengajarkan kita untuk hidup sederhana, tidak terikat pada hal-hal duniawi, dan selalu ingat bahwa kehidupan kita di dunia ini bersifat sementara. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan. Semoga setiap langkah kita selama masa Prapaskah dapat membawa kita pada pertobatan yang sejati dan hidup yang lebih bermakna. Selamat berpuasa dan berpantang!

(Artikel dan Foto by Komsos Vincentius – Agnes, Tian, Viktor, dan Dinan)