Acara 100% Katolik Indonesia dilaksanakan selama 2 hari 1 malam dari tanggal 27-28 September yang berlokasi di Asrama Sekolah Marsudirini, Bogor. Acara ini dimulai dengan sambutan dan penyampaian tujuan mengapa acara pemberdayaan siswa Katolik ini diadakan. Sambutan pertama dibawakan oleh Romo Anggi dan dilanjutkan dengan Romo Untung. Menciptakan para pemimpin muda di kalangan siswa SMA di Keuskupan Bogor merupakan tujuan utama dari acara ini.
Di hari pertama, para peserta banyak melakukan diskusi dan juga presentasi. Kak Nando dan Kak Anton menjelaskan bahwa dunia saat ini menghadapi berbagai tantangan yang memerlukan perhatian kita semua. Mereka juga menekankan betapa pentingnya untuk memiliki seseorang yang dapat memimpin kita menuju pembebasan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, para peserta yang meliputi kelompok seminaris, kelompok Tengah 1, kelompok Timur, kelompok Utara, kelompok Barat, kelompok Tengah 2, dan kelompok Selatan mempresentasikan apa saja yang mereka bicarakan dan diskusikan di dalam kelompok. Topik yang dibahas adalah tentang permasalahan sosial di tengah masyarakat terlebih bagi para remaja.

Pada hari kedua, para peserta diajak untuk mendalami apa itu leadership atau kepemimpinan. Banyak orang mulai menyadari bahwa sebagian besar pemimpin dibuat daripada lahir. Namun, kita dapat melihat alasan utama mengapa kita harus mendukung dan mengembangkan skill kepemimpinan di dalam sebuah organisasi.
- Pemimpin datang dari berbagai bentuk dan ukuran
- Pengalaman hidup dan kerja membentuk kepemimpinan
- Pemimpin membutuhkan latihan dan pembimbingan yang konsisten
- Kepemimpinan membutuhkan tujuan dan konteks
- Pemimpin bisa memiliki empati

Fenomena katak rebus yang ditulis oleh Agustinus Bandur, Ph.D. menjelaskan bahwa terkadang kita sering terjebak dalam zona nyaman yang ternyata mematikan kita. Awalnya, katak nyaman berenang di dalam air yang hangat. Akan tetapi, dirinya tidak sadar bahwa suhu air tersebut lama kelamaan semakin tinggi dan menyebabkan katak itu mati. Fenomena tersebut ingin menyadarkan kita bahwa kita sebaiknya tidak meniru katak yang berenang nyaman di dalam air hangat tersebut. Kita sebaiknya meloncat dari zona nyaman tersebut dan buat diri lebih berkembang dengan tidak membiarkan cita-cita dan potensi diri mati dalam kenyamanan itu.
(Artikel ditulis oleh Theresia Permata Wijaya K.W, salah satu peserta perwakilan dari PSVGP )