
Hari Sabtu, 20 Mei 2023 Sie Pendidikani Dekanat Timur menyelenggarakan Seminar dan Family Gathering dengan tema “Tantangan, Hambatan, dan Solusi Bagi Siswa Yang Bersekolah Di Sekolah Non Katolik Dalam Memperoleh Pendidikan Kristiani”. Seminari dilaksanakan di Gedung Taman Doa Bumi Maria Sareng Para Rasul Sukaraja. Acara ini tidak hanya sekedar Seminar dan Familly Gathering saja tetapi juga untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (2 Mei) dan Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei). Acara dihadiri oleh 174 Peserta yang terdiri dari anak-anak, orang tua, dan para pendamping BIA-BIR. Adapun tujuan dari acara ini ialah untuk mencari solusi dari berbagai hambatan-hambatan dan tantangan siswa yang sekolah di non katolik untuk memperoleh pendidikan katolik.
Kegiatan ini dimulai dari pukul 07.30 pagi. Acara diawali dengan Doa Pembuka, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan lagu Pujian yang di pandu oleh panitia acara. Kemudian acara dilanjutkan dgn sambutan-sambutan, antara lain: dari Ketua Panitia (Benadeta Sri Hartini), Pastor Paroki St. Andreas Sukaraja (RD. Robertus Eeng Gunawan), Dekan Dekanat Timur (RD. Aloysius Tri Harjono), dan Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Bogor (RD. Yohanes Anggi Witono Hadi). Selanjutnya, para peserta diberi waktu untuk Coffee Break. Antar peserta saling berinteraksi satu sama lain. Kedekatan satu sama lain mampu membuat acara terasa menyenangkan.

Acara selanjutnya yakni penyampaian materi. Materi disampaikan oleh RD. Robertus Untung Hatmoko, S.S,. M.Pd. Dalam materinya, romo untung menyampaikan pentingnya pendidikan di jenjang sekolah. “Menyekolahkan anak diluar katolik itu tidak apa-apa tetapi asal kami (gereja) yang akan kami bantu keimanan nya.” Sebegitu pentingnya pendidikan dan iman seorang anak sebagai penerus gereja-gereja di masa yang akan datang. Selanjutnya, disela-sela materi, beliau membagikan Film pendek tentang orang tua yang mendidik dan menyekolahkan anaknya hingga sukses. Benang merah dari film tersebut adalah peran orang tua dalam mendidik anaknya untuk dapat sukses di masa depan. Walaupun orang tua harus banting tulang dengan jerih payah sendiri untuk menyekolahkan anak tunggalnya tersebut hingga dapat sukses di masa yang akan datang.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi ke-2.Materi disampailkan Psikolog Mentari Puteri Muliawan, M.M., M.Psi. Beliau adalah lulusan dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Pada penyampaiannya, ada dua kalimat yang menarik “dalam mengasuh dan mendidik anak-anak itu tidak bisa sembarangan karena otak anak itu sama seperti ‘sponge’. Anak hanya menyerap dari apa yang dia lihat dan orang lain lakukan disekitarnya tanpa tahu itu buruk atau baik untuk dirinya”.

Setelah penyampaian materi, moderator membuka sesi tanya jawab. Bu Risma, sebagai pendamping BIR di paroki kita bertanya, “ada anak yang sudah mendapatkan nilai agama dari sekolah jadi dia tidak mau mengikuti Bina Iman, itu bagaimana perkembangan Iman katoliknya?”. Romo Untung menanggapi pertanyaan tersebut.“Bila ada anak-anak katolik yang mendapatkan masalah di sekolah negeri (misal:sekolah tidak menerima nilai agama dari gereja karena sekolah merasa sudah ada nilai dari agama protestan) tolong laporkan pada Komisi Pendidikan. Komisi Pendidikan akan membicarakan masalah tersebut dengan kepala sekolah.”
Acara ditutup dengan Misa Konselebran. Semoga dengan selesainya acara ini para peserta dapat semakin percaya diri. Umat yang bersekolah di sekolah non katolik dapat menjadi utusan Allah sebagai duta gereja, menjadi garam dan terang bagi orang-orang di disekitarnya.