Minggu, 24 Juli 2022 pukul 15.00 BIR (Bina Iman Remaja) melaksanakan pertemuan perdana di Paroki St.Vincentius A Paulo Gunung Putri. Secara lebih spesifik, pertemuan tersebut diadakan di tenda hijau. Pertemuan BIR dihadiri oleh pastur paroki (RD. Alexander Ardhiyoga), Frater Tahun Orientasi Pastoral (Frater Stanislaus Alexander Noning), para pendamping BIR (Ibu Erma, Ibu Sisca, Ibu Risma, dan Ibu Maju), dan para peserta BIR. Peserta yang hadir dalam pertemuan perdana berjumlah lebih dari sepuluh orang. Peserta tersebut berasal dari SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) negeri. Dengan kata lain, mereka akan belajar pendidikan agama Katolik di paroki.

Pertemuan BIR merupakan bagian dari MPLP (Masa Pengenalan Lingkungan Paroki). Pertemuan tersebut memiliki susunan acara yang terdiri dari dua bagian utama dan dua pelengkap. Bagian utama dari pertemuan tersebut adalah penyampaian materi oleh Ibu Risma dan peneguhan oleh Romo Yoga. Materi disampaikan setelah games perkenalan. Peneguhan disampaikan sebelum doa penutup. Ibu Risma menyampaikan materi bertema “dicipta untuk mencipta”. Beliau mengawali materi dengan dua pertanyaan: siapa yang menurut teman-teman adalah orang yang paling berharga ? benda seperti apa yang menurut teman-teman berharga ? Beberapa orang menanggapi pertanyaan tersebut. Salah seorang dari mereka mengatakan bahwa orang yang paling berharga adalah dirinya sendiri sebab tanpa diri sendiri tidak ada kehidupan. Tanggapan dari orang tersebut ditanggapi oleh beliau. Beliau menyampaikan bahwa jawaban tersebut adalah jawaban yang tepat. “Sebelum kita mengasihi orang lain, kita hendaknya mengasihi diri kita sendiri. Cinta terhadap diri sendiri mengandaikan bahwa setiap orang kristiani mencintai Tuhan.” Dengan kata lain, diri kita adalah ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dirawat dengan baik. Kemudian, beliau menyampaikan bahwa orang-orang disekeliling kita adalah cerminan dari diri kita. Kita mampu mengenal diri kita maka kita juga akan mampu mengenal orang lain.

Sebelum doa penutup, Romo Yoga memberikan peneguhan. Beliau menyampaikan bahwa sebagai kaum muda yang belajar agama Katolik, kita hendaknya konsisten. Maksudnya, kita belajar agama Katolik setiap hari. Kita sering berdoa, terbuka untuk cerita dengan sesama anggota keluarga, dan datang lebih awal dalam pelajaran agama katolik, merupakan cara yang dapat menumbuhkan iman katolik. Belajar agama Katolik secara rutin dapat meleburkan kekatolikkan dengan diri kita. Kita mampu menyampaikan nilai-nilai kekatolikkan dari pengalaman sehari-hari. Singkatnya, Katolik adalah diri kita sendiri.