Perjumpaan Sebagai Dasar Paroki

Hari ini Gereja Katolik merayakan Pesta Bertobatnya St. Paulus, Rasul. Pada pesta ini, di Gunung Putri, terdapat perayaan besar yakni diresmikannya Stasi St. Vincentius menjadi Paroki St. Vincentius a Paulo. Peresmian tersebut dibuka dengan Ekaristi secara konselebrasi, oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur sebagai selebran utama, RD. Alexander Ardhiyoga dan RD. Marselinus Wahyu Dwi Harjanto sebagai konselebran, Diakon Aris Bangkit Sihotang, Diakon Wolfgang Amadeus Mario Sara, dan RD. Lucius Joko Kasihanto sebagai ceremoniarius. Dalam Ekaristi ini, terdapat pula beberapa Romo yang turut serta merayakan peresmian paroki ini, salah satunya yakni RD. Marselinus Wisnu Wardhana selaku sekretaris keuskupan.

Ekaristi ini memiliki prosesi tambahan yakni pelantikan DPP (Dewan Pastoral Paroki), DKP (Dewan Keuangan Paroki), dan para ketua lingkungan. Prosesi ini dilaksanakan setelah homili. RD. Marsel mengawali prosesi tambahan. Beliau membacakan surat pelantikan kepada umat yang ingin dilantik. Kemudian, beliau menyerahkan bagian-bagian selanjutnya kepada Bapak Uskup. Beliau (Bapak Uskup) meminta umat tersebut untuk mengikrarkan janji kesetiaan dalam tugas pelaksanaanya. Beliau juga memerciki mereka setelah janji kesetiaan diucapkan. Prosesi pelantikan mengandaikan bahwa stasi siap berkembang menjadi paroki.

Foto : Komsos Vincentius

Kesiapan stasi menjadi paroki tidak terbatas pada prosesi pelantikan. Prosesi pelantikan bukan satu-satunya kunci perkembangan stasi menjadi paroki. Terdapat hal essensial yang menjadi kunci, dasar terbentuknya paroki yakni perjumpaan. Perjumpaan dapat dipahami dari sudut pandang dokumen Evangelii Gaudium. Pada bagian awal dokumen tersebut dikatakan bahwa perjumpaan kristiani itu terjadi ketika umat mampu bersama dengan Tuhan dalam pengalaman sehari-hari. Umat mampu menghidupi nilai-nilai kristiani dalam rutinitas sehari-hari. Umat mampu bersukacita dalam setiap aktivitas, meskipun sedang berhadapan dengan berbagai pengalaman buruk.   

Pandangan dari dokumen tersebut memiliki keterkaitan dengan homili Mgr. Paskalis. Dalam homili, beliau menyampaikan bahwa iman umat dapat berkembang jika setiap orang kristiani saling mengasihi satu sama lain. Setiap orang kristiani peka akan situasi yang mereka alami. Kedua kalimat tersebut memberi pemahaman bahwa perjumpaan adalah dasar paroki. Perjumpaan adalah awal terbentuknya Paroki Gunung Putri.

Foto : Komsos Vincentius

Foto : Komsos Vincentius

Perjumpaan sebagai essensi dari peresmian paroki terjadi juga diluar Ekaristi, seperti penandatangannan prasasti, pembukaan gorden yang didalamnya tertulis “Paroki St. Vincentius a Paulo, Gunung Putri” dan ramah tamah. Pada saat penandatanganan prasasti, umat dibagi menjadi dua bagian yakni di area tenda dan di depan gereja. Pada momen pembukaan gorden pun hanya sebagian umat yang diperkenankan hadir. Pembagian itu bermaksud untuk mengurangi mobilitas umat. Aneka kegiatan di luar Ekaristi merupakan bukti bahwa perjumpaan merupakan essensi, inti dari peresmian paroki.  

Hari ini, Gereja St. Vincentius a Paulo resmi menjadi paroki. Semoga paroki ini dapat membantu umat untuk berjumpa dengan Tuhan. Semoga paroki ini dapat menjadi tempat iman umat bertumbuh dan berkembang. Proficiat untuk kita semua!

Video : Channel Youtube Unio Bogor

(Artikel by Frater Stanislaus Alexander)

Berita terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *