“Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ”Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud…” (Lukas 2:10-11)
Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Pada natal tahun ini, Yesus mengajak kita untuk bersukacita. Sukacita seperti apa yang dimaksud oleh Yesus? Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan mengenai sukacita tersebut, alangkah baiknya kita awali dengan sebuah cerita.
Di suatu desa terpencil terdapat seorang anak bernama Eren. Ia lahir dari pasangan bernama Mikasa (Ibu) dan Levi (Bapak). Setiap hari ia selalu membantu orangtuanya, seperti menanam bunga, membajak sawah, memotong rumput, dan memberi makan kepada binatang peliharaannya. Di waktu luang, ia selalu meminta Levi untuk mengajarinya cara berburu. Ia dengan senang hati mengajarinya cara berburu. Seiring berjalannya waktu, Eren semakin mahir dalam berburu. Ia antusias untuk berburu. Antusias atau semangatnya bisa dibuktikan melalui jumlah buruan yang diperolehnya. Setiap hari jumlah buruannya semakin bertambah. Aktivitas yang terstruktur membuat para tetangga memandang ia sebagai orang rajin dan tekun. Terkadang beberapa dari mereka mengatakan kepada orangtuanya bahwa ia kelak akan menjadi orang sukses.
Di suatu hari, ada perlombaan berburu. Dalam perlombaan tersebut, terdapat dua syarat, pertama, semakin buas buruan yang didapatkan, maka poin yang diperoleh semakin meningkat. Pemain yang memperoleh poin tertinggi akan ditetapkan sebagai pemenang. Syarat tersebut membuat Eren semakin semangat dalam berlatih. Dalam pikirannya ia ingin memburu hiena. Alasannya karena hiena adalah binatang yang hidup secara berkelompok. Hidup berkelompok menjadikan hiena sebagai binatang yang susah untuk diburu. Syarat kedua, usia peserta harus di atas tujuh belas tahun. Eren terkejut melihat syarat tersebut sebab umurnya masih sepuluh tahun. Ia menaruh kepercayaan pada bapaknya. Ia yakin bahwa bapaknya akan selamat dan kembali sebagai juara.
Menjelang malam, semua peserta kembali ke desa. Para juri saling berdiskusi untuk menentukan pemenang dalam perlombaan tersebut. Ketika mereka bertemu dengan Levi, mereka terkejut. Levi berhasil memburu dua binatang buas yakni singa dan hiena. Singa menempati posisi teratas sebagai binantang buas, kemudian diikuti oleh hiena. Keberhasilan bapaknya dalam berburu hiena membuat Eren merasa senang. Ia bersukacita karena bapaknya dapat kembali dan berhasil memburu binatang tersebut.
Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, cerita diatas memiliki keterkaitan dengan bacaan Injil hari ini. Karakter Eren itu dapat dibayangkan seperti kita. Levi itu seperti malaikat Gabriel, Sang Pembawa Kabar Gembira. Dalam proses kita meraih sesuatu, terkadang kita berhenti pada harapan. Kita membayangkan diri kita sudah berada pada tujuan kita. Kita menjadi pribadi yang tidak realistis. Kita berfantasi. Padahal, dalam realitanya, kita masih berproses, masih berjuang meraih hal tersebut. Terkadang pula, dalam proses meraih sesuatu, kita kecewa apabila kita terhenti oleh suatu hal. Jika kita kembali pada cerita di atas, Eren terpaksa untuk tidak dapat mengikuti perlombaan karena faktor usia. Tentu sebagai manusia, Eren memiliki kekecewaan tersendiri. Namun, kekecewaannya dapat teratasi ketika Levi berhasil memburu binatang tersebut. Tindakan Levi memburu binatang tersebut mendorong eren untuk tidak berhenti pada hiena. Dengan kata lain, masih banyak binatang yang lebih buas dari hiena. Levi membantu Eren agar menjadi pribadi yang lebih kuat darinya. Levi membawa kabar sukacita, harapan pada Eren.
Harapan yang berasal dari Tuhan merupakan suatu hal yang pasti. Dalam Kitab Suci, terdapat perikop yang mengatakan bahwa Tuhan menjamin segala hal jika kita selalu setia dan berharap pada-Nya (Mrk. 9:40).

Pada hari raya Natal, Tuhan Yesus hadir berjumpa dengan kita. Ia turun ke dunia sebagai manusia, seperti kita. Kehadirannya membawa sukacita bagi kita. Kehadiran-Nya merupakan jaminan bagi kita bahwa kebersamaan kita dengan-Nya tetap selalu ada kapanpun dan dimanapun kita berada.
Pertanyaan refleksi untuk kita renungkan bersama-sama, apakah kita selalu menaruh harapan pada Yesus dalam setiap pekerjaan kita? Apakah kita selalu berdoa sebelum dan setelah kita melaksanakan aktivitas kita? Setiakah kita pada setiap pekerjaan yang sedang kita lakukan?
“Aku dipanggil bukan untuk sukses, tapi untuk setia.”
(Renungan by Frater Stanislaus Alexander N)